Sabtu, 12 Januari 2013


KONSEP SEKSUALITAS DALAM KEPERAWATAN



PEMBAHASAN
  1. A. Konsep Seksualitas
Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Lingkupan seksualitas suatu yang lebih luas dari pada hanya sekedar kata seks yang merupakan kegiatan hubungan fisik seksual. Kondisi Seksualitas yang sehat juga menunjukkan gambaran kualitas kehidupan manusia, terkait dengan perasaan paling dalam, akrab dan intim yang berasal dari lubuk hati yang paling dalam, dapat berupa pengalaman, penerimaan dan ekspresi diri manusia.
Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering disebut jenis kelamin yaitu penis untuk laki-laki dan vagina untuk perempuan. Seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi biologis, sosial, perilaku dan kultural. Seksualitas dari dimensi biologis berkaitan dengan organ reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan dorongan seksual (BKKBN, 2006).
Seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya dengan bagaimana menjalankan fungsi sebagai mahluk seksual, identitas peran atau jenis (BKKBN, 2006).
Dari dimensi sosial dilihat pada bagaimana seksualitas muncul dalam hubungan antar manusia, bagaimana pengaruh lingkungan dalam membentuk pandangan tentang seksualitas yang akhirnya membentuk perilaku seks (BKKBN, 2006).
Dimensi perilaku menerjemahkan seksualitas menjadi perilaku seksual, yaitu perilaku yang muncul berkaitan dengan dorongan atau hasrat seksual (BKKBN, 2006).




  1. B. Sikap Terhadap Kesehatan Seksualitas
Kesehatan seksual adalah kemampuan seseorang mencapai kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang terkait dengan seksualitas, hal ini tercermin dari ekspresi yang bebas namun bertanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan sosialnya misalnya dalam menjaga hubungan dengan teman atau pacar dalam batasan yang diperbolehkan oleh norma dalam masyarakat atau agama. Bukan hanya tidak adanya kecacatan, penyakit atau gangguan lainnya. Kondisi ini hanya bisa dicapai bila hak seksual individu perempuan dan laki-laki diakui dan dihormati (BKKBN, 2006).

  1. C. Respon Seksual
Siklus respon seksual normal terdiri dari empat tahap yang terjadi berturut-turut.  “Normal” pada umumnya mengacu pada panjang siklus masing-masing fase, dan hasil bercinta yang memuaskan.
Empat tahapan siklus respon seksual :
  1. Kegembiraan
  2. Plateau
  3. Orgasme
  4. Resolusi
Keempat fase yang dialami oleh laki-laki dan perempuan, meskipun waktu dan panjang durasi dari masing-masing bervariasi antara kedua jenis kelamin. Selain itu, intensitas dari masing-masing fase dapat bervariasi antara setiap orang, dan antara laki-laki dan perempuan.
  1. Fase kegembiraan adalah tahap pertama, yang dapat berlangsung dari beberapa menit sampai beberapa jam. Beberapa karakteristik dari fase kegembiraan meliputi:
  • Peningkatan ketegangan otot
  • Peningkatan denyut jantung
  • Perubahan warna kulit
  • Aliran darah ke daerah genital
  • Mulainya pelumasan Vagina
  • Testis membengkak dan skrotum mengencang
  1. Fase plateau adalah fase yang meluas ke ambang orgasme. Beberapa perubahan yang terjadi dalam fase ini meliputi
  • Fase kegembiraan meningkat
  • Peningkatan pembengkakan dan perubahan warna vagina
  • Klitoris menjadi sangat sensitive
  • Testis naik ke dalam skrotum
  • Adanya peningkatan dalam tingkat pernapasan, denyut jantung, dan tekanan darah
  • Meningkatnya ketegangan otot dan terjadi kejang otot
  1. Fase orgasme adalah puncak dari siklus respons seksual, dan merupakan fase terpendek, hanya berlangsung beberapa detik. Fase ini memiliki karakteristik seperti berikut:
  • Kontraksi otot tak sadar
  • Memuncaknya denyut jantung, tekanan darah, dan tingkat pernapasan
  • Pada wanita, kontraksi otot vagina menguat dan kontraksi rahim berirama
  • Pada pria, kontraksi otot panggul berirama dengan bantuan kekuatan ejakulasi
  • Perubahan warna kulit ekstrem dapat terjadi di seluruh tubuh
  1. Tahap terakhir, yang disebut fase resolusi, adalah ketika tubuh secara perlahan kembali ke tingkat fisiologis normal. Fase resolusi ditandai dengan relaksasi, keintiman,dan seringkali kelelahan. Sering kali perempuan tidak memerlukan fase resolusi sebelum kembali ke aktivitas seksual dan kemudian orgasme, sedangkan laki-laki memerlukan waktu pemulihan sebelum orgasme selanjutnya. Seiring pertambahan usia laki-laki, panjang dari fase refraktori akan sering meningkat.

Disfungsi seksual yang paling umum pada pria adalah ejakulasi dini. Masalah ini terjadi ketika ada pemendekkan fase kegembiraan dan fase plateau. Dalam rangka untuk mencegah ejakulasi dini, seorang pria harus belajar bagaimana memperlambat fase kegembiraan dan fase plateau, yang dapat dicapai hanya dengan teknik yang benar dan latihan.

  1. D. Kehamilan Dan Seksualitas
Perubahan kehidupan seksual dapat terjadi karena perubahan-perubahan yang terjadi secara fisik dan mental, khususnya pada istri dan pasangan itu umumnya. Kondisi yang lemah dari istri seperti karena mual-mual atau muntah, nafsu makan yang menurun akan membuatnya lemah dan keinginan seksualnya menurun. Kadang-kadang walau suami mengajak, istri sering menolak. Hanya bila suami merasa senang dengan kehamilan itu, dia dapat mengatasinya dengan baik.
Pada wanita yang tidak mengalami muntah atau mual yang serius, maka aktivitas seksual tidak akan terganggu. Bahkan cukup banyak dari mereka yang justru meningkat keinginan seksual serta frekuensi hubungan seksnya karena merasa bahagia telah hamil. Suami-istri senang bersama-sama dan ingin menikmatinya dalam kontak seksual yang sering.
Pada 3 bulan kedua, sekitar 80 persen wanita akan meningkat dorongan seksnya. Selain itu, mual atau muntah sudah hilang. Kesehatan umumnya akan meningkat. Perasaan senang karena hamil. Pada sebagian faktor lain ialah terjadinya pembesaran payudara yang membuat daya tariknya meningkat. Suami akan merasa lebih bergairah melihat istrinya yang payudaranya bertambah besar serta bahagia karena istri telah hamil. Kedua faktor itu membuat suami juga meningkat keinginan seksnya, sehingga pada sebagian besar pasangan kontak seksual akan jauh lebih sering pada periode ini.
Pada 3 bulan ketiga, beban kehamilan itu sudah memberati si Ibu. Banyak wanita yang jadi susah makan. Juga banyak keringat yang membuatnya tidak bersih, sehingga daya tariknya pun menurun. Selain itu pada kehamilan yang mulai tua, akan timbul peningkatan cairan tubuh. Hampir semua badan letih atau bengkak. Air ditahan dalam badan. Akibatnya, cairan vagina juga bertambah. Ada terasa licin yang mengganggu sehingga kontak seksual menjadi kurang memuaskan.
Pada pasangan-pasangan yang saling mencintai akan senang akan kehamilan itu, pertambahan cairan vagina tak akan mengganggu. Tetapi pada orang-orang yang sangat mendambakan kenikmatan seksual, apalagi bila ada konflik suami-istri, maka kondisi itu dapat menjadi biang keladi kekurang puasan sampai pada hubungan seks luar nikah. Bila percekcokan atau hubungan diluar nikah sampai terjadi, maka perlu dicari penyebabnya. Apakah pribadi suami yang mengakibatkan pertambahan cairan vagina sebagai gara-gara atau ada konflik diantara mereka.
Pada sebagian wanita hamil berat, maka kontak seksual dirasakan ancaman terhadap kehamilan. Bila rahim dengan bayi telah mulai menurun kearah vagina, maka penis suami dapat membentur daerah rahim. Stimulasi yang berat ke leher rahim akan membuat seluruh rahim bergerak seolah-seolah mau melahirkan. Bahkan ada yang bisa gugur. Timbul kontraksi rahim yang kuat. Kadang ada darah, ancaman keguguran menjadi kekhawatiran. Karenanya sebagaian wanita menolak melakukan hubungan seksual pada akhir-akhir kehamilan.
Pada kondisi dimana keguguran sering terjadi, maka sepantasnyalah hubungan seks dilakukan dengan berhati-hati. Bila keguguran telah sering terjadi dan kehamilan belum pernah berlangsung selamat, maka sebaiknya 3 bulan pertama dilarang atau berhenti melakukan hubungan seks.
Sesudah 3 bulan pertama lewat, hubungan seks dapat dicoba kembali dengan sangat hati-hati sehingga penis diharapkan tidak membentur daerah rahim. Namun bila terasa sakit atau keluar darah, maka sebaiknya senggama dihentikan. Demikian juga pada akhir-akhir kehamilan. Benturan yang terlalu keras dari penis terutama ke daerah rahim, akan membuat kontraksi rahim sangat kuat seperti akan melahirkan. Ini membuat si Ibu ketakutan dan kesakitan. Dalam keadaan demikian hubungan seks harus dilakukan hati-hati dan jangan sampai didorong kuat-kuat. Dengan demikian penis tidak terlalu jauh masuk ke dalam namun diharapkan keduanya masih bisa mencapai kepuasan.
Tetapi sering justru cara dan sifat suami yang sulit. Ada suami yang sudah terbiasa kuat-kuat dengan harapan istri akan lebih puas padahal justru bahaya jadi mengancam. Kemungkinan juga karena keduanya sudah terangsang tinggi, maka secara otomatis dan tanpa sadar mendorong sekuat-kuatnya. Akibatnya timbul benturan penis dengan leher rahim. Inipun akan mengancam keguguran

  1. E. Masalah Yang Berhubungan Dengan Seksualitas
Adapun penyebab dari masalah seksualitas adalah antara lain:
  1. Ketidak-tahuan mengenai Seks
Lebih dari 70% wanita di Indonesia tidak mengetahui dimana letak klitorisnya sendiri. Sebuah hal yang sebenarnya sangat penting tetapi tidak diketahui oleh banyak orang. Masalah ketidaktahuan terhadap seks sudah betul-betul merakyat. Ini berpangkal dari kurangnya pendidikan seks yang sebagian besar dari antara masyarakat tidak memperolehnya pada waktu remaja. Tidak jarang, pengetahuan seks itu hanyalah sebatas informasi, bukan pendidikan. Itu terjadi karena mereka tidak mendapatkan pendidikan seks di sekolah atau lembaga formal lainnya.
Akibatnya, keingintahuan soal seks didapatkannya dari berbagai media. Untuk itu orang tua hendaknya memberikan pendidikan soal seks kepada anak-anaknya sejak dini. Salah satunya dengan memisahkan anak-anaknya tidur dalam satu kamar setelah berusia sepuluh tahun, sekalipun sama-sama perempuan atau laki-laki. Demikian halnya dengan menghindarkan anak-anaknya mandi bersama keluarga atau juga teman-temannya.
Orang tua harus menjawab jujur ketika anaknya bertanya soal seks. Jawaban-jawaban yang diberikan hendaknya mudah dimengerti dan sesuai dengan usia si anak. Karena itulah, orang tua dituntut membekali dirinya dengan pengetahuan-pengetahuan tentang seks. Terlebih lagi, perubahan fisik dan emosi anak akan terjadi pada usia 13 – 15 tahun pada pria dan 12 – 14 tahun pada wanita. Saat itulah yang dinamakan masa pubertas yaitu masa peralihan dari masa anak-anak menjadi remaja. Pada saat itu pula, mereka mulai tertarik kepada lawan jenisnya.
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak serta penuh keingintahuan dan petualangan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan mereka kelak. Sayangnya, banyak di antara mereka tidak menyadari beberapa pengalaman yang tampaknya menyenangkan justru dapat menjerumuskan. Rasa ingin tahu para remaja kadang-kadang kurang disertai pertimbangan rasional akan akibat lanjut dari suatu perbuatan. Itu pun terjadi akibat kurangnya kontrol orang tua dan minimnya pendidikan seks dari sekolah atau lembaga formal lainnya..
  1. Kelelahan
Rasa lelah adalah momok yang paling menghantui pasangan pada jaman ini dalam melakukan hubungan seks. Apalagi dengan meningkatnya tuntutan hidup, sang wanita harus ikut bekerja di luar rumah demi mencukupi kebutuhan sehari-hari. Pada waktu suami istri pulang dari kerja, mereka akan merasa lelah. Dan pasangan yang sedang lelah jarang merasakan bahwa hubungan seks menarik minat. Akhirnya mereka memilih untuk tidur. Kelelahan bisa menyebabkan bertambahnya usaha yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan lawan jenis dan merupakan beban yang membuat kesal yang akhirnya bisa memadamkan gairah seks.
  1. Konflik
Sebagian pasangan memainkan pola konflik merusak yang berwujud sebagai perang terbuka atau tidak mau berbicara sama sekali satu sama lain. Konflik menjadi kendala hubungan emosional mereka. Bahkan ini bisa menggeser proses foreplay. Pasangan dapat mempertajam perselisihan mereka dengan menghindari seks atau mengeluarkan ungkapan negatif atau membandingkan dengan orang lain, yang sangat melukai perasaan pasangannya. Kemarahan dan kecemasan yang tidak terpecahkan bisa menyebabkan sejumlah masalah seksual antara lain masalah ereksi, hilang gairah atau sengaja menahan diri untuk tidak bercinta. Perbedaan antara satu orang dan lainnya biasanya tidak baik dan tidak juga buruk. Jadi haruslah dipandang hanya sebagai perbedaan. Kemarahan, ketegangan atau perasaan kesal akan selalu menghambat gairah seks.
  1. Kebosanan
Seperti halnya menggosok gigi atau menyetel alarm jam, seks bisa dianggap seperti “kerja malam”. Hubungan seks yang rutin sebelum tidur sering menjadi berlebihan sampai ke suatu titik yang membosankan. Yang mendasari rasa bosan itu adalah kemarahan yang disadari atau tidak disadari karena harapan anda tidak terpenuhi. Masalah ini diderita oleh kebanyakan pasangan yang sudah hidup bersama bertahun-tahun. Sebagian pasangan yang sudah hidup bersama untuk jangka waktu yang lama merasa kehilangan getaran kenikmatan yang datang ketika melakukan hubungan seks dengan pasangan yang baru. Orang demikian melihat rayuan penguat ego, dibandingkan bila bersenggama dengan mitra baru.

  1. F. Seksualitas Dalam Proses Keperawatan
    1. Pengkajian
      katagori :
  • klien menerima pelayanan kesehatan untuk kehamilan, dll, atau PMS
  • klien yang sakit atau dalam mendapat terapi yang kemungkinan dapat mempengaruhi fungsi seksualnya
  • klien yang secara jelas mempunyai masalah seksual
Pengkajian seksual mencakup:
  1. Riwayat Kesehatan Seksual
  • pertanyaan masa lalu atau tidak mengetahui apakah klien mempunyai masalah kekhawatiran seksual.
  1. Pengkajian Fisik
  • inspeksi dan palpasi

  1. Identfkasi klien yang beresiko
Misalnya :
  • adanya gangguan struktur atau fungsi tubuh akibat trauma, dll
  • riwayat pnganiayaan seksual.
  • kondisi yang tidak menyenangkan
  • terapi medikasi spesifik yang dapat menyenangkan masalah seksual.
  • gangguan aktivitas fisik sementara maupun permanen
  • konflik nilai-nilai antara kepercayaan pribadi dengan aturan religi
  1. Diagnosa Keperawatan
    1. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan (b.d)
  • Ketakutan kehamilan
  • Efek antihipertensi
  • Depresi perpisahan dengan perceraian
  1. Disfungsi seksual b.d
  • cedera medulla spinalis
  • penyakit kronis
  • nyeri
  • ansietas mengenai penempatan di RS
  1. Gangguan Citra tubuh b.d
  • efek masektomi
  • disfungsi seksual
  • perubahan pasca persalinan
  1. Ganguan harga diri b.d
  • kerentanan yang dirasakan setelah mengalami serangan infrak miokardium
  • pola penganiayan ketika masih kecil

  1. Perencanaan
Tujuan yang dicapai mencakup :
  • mempertahankan, memperbaiki, atau meningkatkan kesehatan seksual
  • meningkatkan pengtahuan seksualitas dan kesehatan
  • mencegah PMS
  • mecegah kehamilan yang tidak diinginkan
  • meningkatkan kepuasan terhadap tingkat fungsi seksual
  • memperbaiki konsep seksual diri
  1. Implementasi
  • Proses kesehatan seksual
  • perawat : keterampilan komuniksi yang baik
  • Topik tentang penyuluhan tergantung karakteristik dan faktor yang berhubungn
  • Rujukan mungkin diperlukan
  1. Evaluasi
  • Evaluasi tujuan yang telah ditentukan dalam perencanaan
  • Klien, pasangan perawat mungkin harus mengubah harapan atau menetapkan jangka waktu yang lebih sesuai untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
  • Komunikasi terbuka dan harga diri yang positif dalam artian penting.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blacy Smiley - Girl